Artikel Industrial Hygiene

Bahaya Kesehatan Bahan Kimia

Paparan berlebih terhadap bahan kimia tertentu dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Waktu adalah hal penting dalam masalah ini: berapa lama efek akan muncul dan kapan ia berakhir.

Efek Akut biasanya terjadi segera setelah terpapar. Efek tersebut biasanya tidak berlangsung lama, dan mungkin menghilang sewaktu tidak ada paparan lagi. Beberapa efek akut, seperti sakit kepala atau memar pada kulit, cenderung tidak memiliki dampak besar, tetapi untuk suatu bahan kimia yang memiliki dosis lethal, efeknya dapat mematikan seketika.

Efek Kronis biasanya dihasilkan dari paparan dalam waktu lama. Perlu waktu lama, kadang bahkan tahunan, pengaruh paparan baru muncul. Namun, jika masalahnya telah muncul, maka dapat berlangsung lama. Efek kronis umumnya bersifat serius. Kanker dan masalah reproduksi adalah contoh efek kronis. Gangguan kesehatan lainnya yang termasuk kategori ini adalah anemia, bronkitis kronis, dan kerusakan pada hati.

Bahaya kesehatan kimia juga dibagi berdasarkan rute paparannya. Bahan kimia dapat masuk ke tubuh dan menyebakan masalah kesehatan melalui :
• Kontak dengan Kulit
• Kontak pada mata
• Terhirup
• Termakan

Beberapa bahan kimia memiliki efek berbahaya melalu rute paparan manapun. Yang lainnya, mungkin terbesar pengaruhnya melalui salah satu rute. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui rute mana yang diperhatikan dan perlindungan terhadap paparan.
Waspada selalu terhadap bahaya kesehatan dan ambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindarinya.

Di bawah ini panduan umum yang perlu diperhatikan

  • Ikuti petunjuk dari pabrik dan prosedur perusahaan mengenai bahan kimia dan peralatannya.
  • Jangan mengambil jalan pintas
  • Periksa wadah secara berkala dari kemungkinan bocor dan tutup jika tidak digunakan.
  • Lapokan segera jika ada tumpahan, bersihkan jika anda terlatih, memilki alat memadai, dan ditugaskan untuk pekerjaan tersebut.
  • Pastikan area berventilasi.
  • Gunakan pakaian pelindung yang direkomendasikan seperti tercantum di dalam MSDS dan disediakan oleh perusahaan.
  • Inspeksi semua APD sebelum digunakan.
  • Pindahkan dan buang pakaian yang terkontaminasi dengan benar, mengacu pada prosedur perusahaan.
  • Jangan membawa makanan, minuman, atau rokok ke area kerja.
  • Cucilah tangan dan badan dengan seksama sebelum makan, minum, atau merokok.
  • Bersihkan alat, peralatan, dan pakaian yang terpapar bahan kimia berbahaya sebelum digunakan kembali.
  • Buang semua material yang terkontaminasi dengan benar.

Hal penting pula untuk bertindak cepat dan tepat jika anda dan rekan kerja anda terpapar bahan kimia berbahaya. Setiap detik dapat menentukan.

Oleh karena anda tidak dapat memastikan bagaimana seriusnya paparan yang terjadi, maka mintalah pertolongan medis. Kemudian periksa MSDS untuk langkah P3K. Prosedur P3K tidak sama untuk setiap bahan, namun secara umum langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Kontak dengan Kulit: Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci kulit dengan air selama sekurang kurangnya 15 menit.
  • Kontak pada mata: Bilas mata dan kelopak dengan air selama sekurang-kurangnya 15 menity.
  • Terhirup: Bawa korban ke area berudara segar segera. Korban mungkin memerlukan bantuan pernapasan.
  • Termakan: Dapatkan pertolongan medis segera. Ikuti petunjuk di dalam MSDS secara seksama. Beda bahan kimia memerlukan perlakukan yang berbeda pula
Artikel Industrial Hygiene

KELELAHAN DAN KESELAMATAN

Kelelahan dapat menimbulkan bahaya yang serius. Beberapa kejadian yang disebabkan kelelahan diantaranya:

  • Operator tertidur saat mengendari Haul Truck;
  • Supir truk kehilangan kontrol;
  • Kinerja menurun sewaktu melakukan pekerjaan repetitif/berulang/membosankan;
  • Hilangnya konsentrasi dan banyak melakukan kesalahan.

Definisi “Kelelahan”

Tidak ada definisi operasional yang baku menggambarkan apa itu “kelelahan”, namun yang pasti kelelahan lebih dari sekedar mengantuk dan penyebabnya lebih dari sekedar lama kerja dan sifat fisik pekerjaan. Secara umum kelelahan dapat dipahami dengan membedakan sumbernya, dimensi-dimensinya, dan dampaknya terhadap kinerja. Untuk keperluan analisis, kelelahan dibedakan antara kelelahan akibart pekerjaan dan kelelahan bukan akibat pekerjaan, walaupun keduanya saling terkait.

Kelelahan bukan akibat pekerjaan, biasanya dialami mereka yang bekerja dengan sistem rotasi (shift), dapat diartikan sebagai kelelahan yang timbul karena situasi rumah dan keluarga, diluar kegiatan pekerjaan, merupakan pola hidup (termasuk penggunaan obat-obatan dan alkohol), pola dan masalah tidur seseorang, masalah keluarga, dan buruknya pengaturan kegiatan untuk menghadapi rotasi kerja.

Kelelahan akibat pekerjaan dapat dianggap sebagai produk dari organisasi pekerjaan dan faktor fisik seseorang, yaitu:

  • Lamanya waktu kerja dan pola istirahat, panjangnya waktu rotasi, urutan waktu rotasi, waktu off diantara waktu rotasi.
  • Waktu dimana saatnya kerja dan saat istirahat, dimana kondisi pagi, siang, sore, atau malam sangat bervariasi. •
  • Waktu awal rotasi.
  • Riwayat pekerjaan satu minggu sebelumnya, dimana ber-efek pada gangguan tidur.
  • Kemampuan biologis memulihkan diri dari kelelahan. Ada orang yang cukup segar walaupun hanya sebentar tidur. Tetapi mereka yang “tumor” – tukang molor, kalau belum 6 jam rasanya belum afdol.

Dampak kelelahan terhadap kinerja

Dampak kelelahan terhadap kinerja merupakan suatu hasil dari kombinasi antara pekerjaan, faktor non pekerjaan, rotasi kerja, sifat pekerjaan, lamanya pekerjaan, dan siklus rotasi. Secara umum, efek kelelahan dapat ditunjukkan seperti halnya efek karena pengaruh alcohol. Dampak tersebut seperti:

  • berkurangnya kewaspadaam/konsentrasi;
  • waktu merespon yang melambat;
  • gangguan koordinasi tangan-mata;
  • berkurangnya fungsi kognitif dan pengambilan keputusan kritis; 
  • hilangnya kewaspadaan situasional;
  • meningkatnya tingkat kesalahan;
  • kecendrungan mengganggu akurasi dan kecepatan kerja;
  • gagal mengenali masalah yang timbul;
  • meningkatnya stress, frustasi, kejengkelan;

Kombinasi satu atau lebih gejala-gejala di atas dapat menyebabkan meningkatnya insiden dan tingkat keparahan kecelakaan. Perlu lebih diwaspadai bagi mereka yang bekerja dengan sistem rotasi.

ASPEK KERJA ROTASI FAKTOR PENILAIAN
Sifat Pekerjaan Apakah pekerjaan sukar secara fisik?Apakah memerlukan mental pada derajat yang tinggi?Apakah pekerjaan monoton?

Apakah pekerjaan berulang?

Bagaimana sifat tugas yang harus dilakukan?

Bagaimana sistem kerja-istirahat yang diterapkan?

Waktu istirahat yang diberikan cukup memadai?

Apakah pekerja terpajan oleh panas, suara bising atau kontaminan udara?

Apakah manajemen sudah melakukan penilaian terhadap kesesuaian pekerjaan dan tugas-tugas kepada pekerja rotasi, apa saja pembatasan-pembatasan yang meungkin harus dilakukan?

 

Orang Berapa umur pekerja?Bagaimana status kesehatannya?Apakah pekerja mempunyai pengalaman dengan bekerja rotasi?

Bagaimana kemampuan adaptasi pekerja tersebut?

Apakah pekerje telah diberitahu mengenai bahaya bekerja pada sistem rotasi?

Apakah pekerja sudah terlatih bagaimana meminimalkan dampak bekerja rotasi?

Dapatkah pekerja tidur dengan baik selama hari istirahat-nya?

 

Sifat dan sistem kerja rotasi   Apakah rotasi kerja malam dapat dikurangi seminimum mungkin?Kapan awal kerja rotasi?Berapa lama periode kerja rotas?

Bagaimana pola rotasi dilakukan?

Seberapa sering pertukaran rotasi dilakukan (lamanya hari berurutan dalam satu rotasi)?

Berapa lama waktu istirahat diantara waktu rotasi?

Apakah waktu off sudah cukup?

Dapatkah “double shift” dihindari?

 

Lain-lain Asupan makanan pekerja rotasi?Aksesibilitas terhadap fasilitas di tempat kerja, seperti halnya pekerja “day-shift” (personil, first-aid, dll.)?Waktu istirahat yang cukup?

Pengawasan yang cukup?

Apakah kerja lembur dapat dihindari?

Sistem bonus untuk pekerja rotasi, dan bagaimana implementasinya?

 

Sumber: http://www.ilo.org/public/english/dialogue/sector/papers/austrmin/index.htm

Artikel Industrial Hygiene

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  1. Mengapa K3 (Safety ) itu penting?
  2. Konsep dasar mengenai: Insiden dan Kerugian; Safety (K3),Hazard (Bahaya), Risk (Resiko).
  3. Keselamatan di rumah dan masyarakat

1. Mengapa K3 (Safety) itu penting? Beberapa faktor menjadi pertimbangan, seperti berikut:

  • Humanitarianisme:  Nilai tentang hidup manusia dan kesejahteraan.
  • Hukum: Formalisasi standar berperilaku tentang yang benar dan yang salah.
  • Biaya: yang timbul karena cidera, sakit akibat kerja, kematian, kerusakan harta benda, penggantian karyawan, waktu, proses produksi, perjalanan, pencatatan, investigasi, legal, dan pelayanan medis, rumah sakit, rehabilatasi dan penyembuhan, dan public image

SAFETY

Adalah suatu keadaan yang secara relatif bebas dari hal yang membahayakan (harm), bahaya (danger), cedera atau kerusakan

BAHAYA

Suatu kondisi, keadaan atau objek yang berpotensimenyebabkan kerugian, berupa cedera, sakit, atau kersakan harta benda.

RESIKO

Suatu peluang dari suatu kondisi atau keadaan tersebut menyebabkan cedera, sakit atau kerusakan harta benda.

RISK = FREQUENCY x CONSEQUENCE

Keselamatan di rumah dan masyarakat

Mencegah Kebakaran sewaktu memasak

  • Jangan meninggalkan peralatan masak dalam keadaan menyala,
  • Jauhkan benda-benda yang dapat terbakar,
  • selalu waspada, misalnya adanya kebocoran gas dari tabung LPG.

Mencegah Kebakaran karena Merokok

  • Merokok di luar rumah, jauh dari bahan yang mudah terbakar.
  • Gunakan asbak rokok yang sesuai, letakan di tempat yang stabil, seperti meja.
  • Matikan puntung rokok sebelum di buang di tempat sampah.

Untuk kesehatan bersama

DILARANG MEROKOK DI TEMPAT UMUM, DEKAT ANAK-ANAK DAN WANITA HAMIL.

Mencegah Kebakaran karena Lilin

  • Jangan pernah meninggalkan lilin menyala  tanpa pengawasan
  • Jangan biarkan anak-anak bermain-main dengan lilin menyala.
  • Gunakan tempat meletakkan lilin dari bahan yang tahan panas dan api, seperti metal atau kaca.
  • Matikan lilin jika tidak ada orang dewasa yang mengawasi.

Mencegah Kebakaran Disebabkan Bensin atau Produk Lainnya

  • Simpan bensin di tempat penyimpanan yang sesuai untuk bahan mudah terbakar. Pastikan ventilasi ruangan baik. Jangan simpan di dalam rumah.
  • Gunakan bensin hanya untuk bahan bakar motor, tidak untuk yang lainnya.
  • Jangan tinggalkan jerican, botol, atau tempat bahan berbahaya, beracun dan mudah terbakar dalam keadaan terbuka tutupnya. Jauhkan dari anak-anak setelah digunakan. Hindari hubungan peralatan listrik rumah tangga yang terlalu banyak di satu Plug

Keselamatan Menggunakan Tangga

Jatuh dapat menyebabkan kematian. Gunakan tangga untuk memanjat atau mengerjakan sesuatu di tempat yang tinggi, seperti mengecat, menggantungkan dekorasi, dll.

Pelajari cara menggunakan tangga dengan benar dan selamat. Selalu gunakan tangga yang kokoh. Hindari penggunaan kursi untuk memanjat, karena beresiko. Perhatikan permukaan lantai sebagi pijakan tangga.

Ingat aturan  4:1 untuk sewaktu menggunakan tangga. Untuk setiap 4 ukuran tinggi tempat, dari lantai ke bagian kontak paling atas, maka jarak dasar kaki adalah satu bagiannya. Tinggi 4 meter, berarti bagian dasar kaki berjarak 1 meter dari dinding.

Jaga keseimbangan tubuh sewaktu mendaki. Berdiri di injakan yang paling aman untuk berdiri. Biasanya di injakan ke empat dari injakan paling atas.

Lain-lain

Biasakan membaca label produk. Perhatikan kata-kata seperti “Caution”, “Warning”, “Poison” atau “Danger”.

Ikuti petunjuk pemakaian. 

Ketahui produk-produk yang mengandung bahan berbahaya dan beracun di rumah anda. Letakkan produk ini jauh dari jangkauan anak-anak atau ercampur dengan makanan.

 Segera bersihkan jika terjadi tumpahan. 

Ketahui produk-produk yang mengandung bahan berbahaya dan beracun di rumah anda. Letakkan produk ini jauh dari jangkauan anak-anak atau ercampur dengan makanan.

 

Segera bersihkan jika terjadi tumpahan.

Artikel Industrial Hygiene

KEBISINGAN & PERLINDUNGAN PENDENGARAN

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau mengancam kesehatan kita. 

Beberapa faktor, kebisingan mempengaruhi kesehatan:

  • Lamanya terkena kebisingan
  • Jarak dari sumber kebisingan
  • Jenis bising
  • Sensitivitas individu

Kebisingan dapat menyebabkan stress yang mempengaruhi fisik dan mental, dan menyebabkan kecelakaan jika pekerja tidak mendengarkan petunjuk atau sinyal peringatan.

Jenis Kebisingan

  • Kontinyu: Konstan, dan Fluktuatif
  • Sesekali secara teratur (Intermittent)
  • Tumbukan (Impact)

Kehilangan Pendengaran

Di lapangan kita dapat mengetahui kurang lebihnya, tanpa alat sound level meter, bahwa kebisingan di suatu lokasi telah melebihi ambang batas. Jika anda harus berteriak dalam berbicara agar terdengar oleh lawan bicara anda yang berdiri kurang lebih 1 meter, kemungkinan tingkat kebisingan di sana telah melebihi 85 desibel. Jarak dari sumber bising juga penting, dimana tingkat suara akan menurun berbanding lurus dengan jarak. Sebagai contoh, seseorang berdiri 3 meter dari mesin pemotong kayu (chain saw) akan mendengar kurang lebih 103 desibel, dibandingkan pada jarak hanya 1 meter yang tingkat suaranya 115 desibel.

Kuncinya adalah menjauhkan peralatan yang bising sejauh mungkin dari pekerja. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka pekerja harus menggunakan alat pelindung pendengaran agar suara yang diterima pada kisaran yang diinginkan (di bawah atau sama dengan 85 desibel).

Hilangnya pendengaran dapat terjadi karena proses alamiah karena umur. Secara umum, hal ini tidak bertambah parah kecuali orang terpajan secara terus menerus oleh kebisingan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari suara bising yang berlebihan untuk menghindari tambahan hilangnya pendengaran hingga menjadi tuli permanen. Kontrol yang paling baik adalah menghilangkan atau mengurangi kebisingan pada sumbernya.

Lingkungan kerja yang bising selain dapat menyebabkan tuli permanen, juga memiliki dampak pada orang berupa meningkatkan rasa cemas, ketegangan (tension), dan kelelahan (fatigue). Banyak pekerja yang menggunakan alat pelindung pendengaran menyatakan mereka merasa lebih baik pada akhir gilir kerja.

Kerusakan fungsi pendengaran berlangsung perlahan dan tidak disadari oleh penderitanya. Orang yang menderita lehilangan pendengaran mungkin berfikir orang lain yang bicaranya seolah menggumam dan seharusnya berbicara lebih keras dengan ucapan yang lebih baik, padahal ia sendiri yang perlu diperiksa pendengarannya oleh seorang audiologist.

Kapan Perlindungan Pendengaran Diperlukan?

Di pertambangan umum, mengacu kepada Keputusan Menteri Pertambangan KepMen 555.K tahun 1995, pada Pasal 85 ayat (3) disebutkan bahwa pekerja yang tak terlindung terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas harus memakai alat pelindung pendengaran. Kita menggunakan 85 desibel sebagai Nilai Ambang Batas (NAB), mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI#16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.

Alat pelindung pendengaran merupakan penghalang antara suara dan telinga atau fungsinya menyerap gelombang suara sebelum memasuki telinga. Orang dengan fungsi pendengaran normal selalu tetap bisa mendeteksi beberapa suara sewaktu menggunakan alat pelindung pendengaran, karena tulang pada kepala juga menghantar suara.

Pertimbangan menggunakan alat pelindung pendengaran adalah sebagai berikut:

  • Terdapat pajanan kondisi bising terus menerus lebih dari 85 desibel;
  • Mengalami sensasi mendengung (ringing) di telinga setelah berada di area yang bising;
  • Anda terganggu, cemas, gelisah, setelah berada di area yang bising;
  • Anda ingin meningkatkan kenyamanan terhindar dari suara bising;
  • Anda tidak biasanya merasa lelah setelah bekerja di area yang bising; atau
  • Di tempat dimana anda bekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung pendengaran.

Pemilihan yang benar Alat Pelindung Pendengaran

Alat pelindung pendengaran yang tersedia di pasaran memiliki tingkat perlindungan yang berbeda, oleh karena itu biasanya suatu perusahaan menyediakan beberapa jenis produk untuk karyawannya. Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sewaktu melakukkan pemilihan alat pelindung pendengaran.

Keefektifan. Tidak semua bahan dapat menyerap jumlah yang sama jenis suara. Pabrik harus mencantumkan pada kemasan berapa banyak suara atau bising (dalam desibel) yang dapat dikurangi jika pekerja menggunakan produknya tersebut. Angka, dalam desibel, yang tertera dalam kemasan tersebut disebut NRR (Noise Reduction Rating) atau SLC80 (Sound Level Criteria 80%), yaitu angka maksimum desibel pengurangan kebisingan sewaktu digunakan. Perlu diingat bahwa angka tersebut diperoleh pada kondisi sempurna, digunakan secara benar dan pas. Namun demikian dalam prakteknya, ada formula yang harus diikuti untuk mengetahui berapa besar suara yang dapat dikurangi, seperti berikut ini:

  • Jika dalam kemasan menggunakan satuan dBC (desibel rata-rata yang diperoleh menggunakan skala C), maka kurangi angka NRR dari tingkat suara yang diperoleh dari pengukuran untuk memperoleh hasil akhir tingkat bising yang diterima pekerja yang menggunakan alat pelindung pendengaran tersebut. Misal di suatu lokasi tercatat tingkat kebisingan rata-rata satu shift 100 dB. Diketahui Pada kemasan ear plugs tertera NRR = 22 dBC, maka perkiraan suara yang diterima oleh pekerja adalah sebesar 78 dB.
  • Jika NRR menggunakan skala A, misal 29 dB, maka pertama kurangi NRR dengan 7 dB (sebagai safety faktor mempertimbangkan perbedaan frekuensi dan rata-rata persepsi hasil pengujian di laboratorium dengan skala A tersebut), sebelum mengurangi angka NRR dari angka hasil pengukuran di lapangan. Misal di suatu lokasi tercatat tingkat kebisingan rata-rata satu shift 100 dB, maka perkiraan suara yang diterima pekerja adalah 78 dB [100 – (29-7)].

Di area yang memiliki tingkat kebisingan yang sangat tinggi, direkomendasikan menggunakan perlindungan ganda, yaitu menggunakan sumbat telinga (ear plugs) dan tutup telinga (ear muffs). Apakah earmuffs dan earplugs dapat digunakan bersama-sama untuk mengurangi kebisingan?

Ya. Merujuk ke OSHA (Occupational Safety and Health Administration) memperbolehkan menggunakan ear plugs dan ear muffs. Namun demikian jangan salah tafsir bahwa kemudian NRR-nya juga dijumlahkan. Dari hasil perhitungan, diperoleh angka pengurangan desibel dengan menambahkan 5 dB dari hasil perhitungan NRR di atas (dilihat mana alat yang memiliki NRR tertinggi). Misal NRR ear plugs 32 dB dan Earmuff 27 dB, maka angka pengurang dari perlindungan ganda adalah: 32dB[A] (earplugs) – 7dB (Safety Factor) = 25 dB 25 dB + 5 dB (proteksi ganda) = 30 dB Sehingga NRR proteksi ganda menjadi = 30 dB

Biaya. Alat pelindung pendengaran tidak harus mahal untuk memperoleh hasil yang efektif dan nyaman. Lakukan pengukuran kebisingan di lokasi kerja anda evaluasi jenis ear plugs atau ear muffs yang anda butuhkan.

Jenis. Ada dua jenis, sumbat telinga (ear plugs) atau tutup telinga (ear muffs). Perhatikan kondisi dan prosedur kerja yang berlaku di tempat kerja anda. Tutup telinga biasanya lebih nyaman dipakai untuk waktu yang lama dibandingkan sumbat telinga, tetapi tutup telinga tidak bisa digunakan bersama kacamata atau halangan lain pada muka yang akan mengurangi efektifitasnya. Frekuensi suara juga menentukan efektifitas dari ear plugs atau ear muffs. Ear plugs ada yang digunakan sekali pakai (disposable) atau didisain untuk pakai-ulang (reusable).

Dianjurkan untuk mempertimbangkan alat pelindung pendengaran tersedia untuk mengakomodir semua kebutuhan pekerja.

Keterbatasan dari Perlindungan

Seperti halnya alat pelindung diri lainnya, alat pelindung pendengaran memiliki keterbatasan-keterbatasan. Jika digunakan secara tidak benar, maka besar pengurangan kebisingan yang diharapkan tidak akan tercapai, dan cenderung menyebabkan persepsi salah dari orang yang menggunakan, karena sudah “menggunakan” sumbat telinga, merasa sudah terlindungi.

Menggunakan tutup telinga dan sumbat telinga bersamaan akan mengurangi suara yang diterima, namun jangan lupa menggunakan formula seperti disebutkan di atas.

Alat pelindung pendengaran yang kotor dapat menyebabkan iritasi kulit yang serius dan infeksi pada telinga. Untuk hasil terbaik, ikuti petunjuk pabrik pembuat untuk membersihkan alat pelindung pendengaran yang bisa dipakai kembali (non-disposable), dan simpan di tempat yang bersih dan kering.

Sebagai tambahan, ikuti saran-saran di bawah ini untuk menerapkan perlindungan pendengaran:

  • Coba berbagai model dan jenis pelindung pendengaran untuk mendapatkan perlindungan yang memadai (efektif dan efisien). • Bertanya dan mendapatkan arahan. Diskusikan tingkat kebisingan yang potensi memajan untuk memastikan anda mendapatkan perlindungan yang memadai.
  • Tingkatkan pengetahuan mengenai alat pelindung pendengaran dan mengikuti instruksi mengenai pemakaian dan pemeliharaan yang benar.
  • Metaati jadwal penggantian alat yang disaran kan. • Jangan pernah menggunakan alat bantu pendengaran sebagai pengganti alat pelindung pendengaran yang semestinya. Hal ini malah mengakibatkan meningkatnya tingkat suara. Menggunakan alat pelindung pendengaran mungkin memerlukan waktu penyesuaian. Pada awalnya, pekerja mungkin mengalami ketidaknyamanan dan akan berakhir beberapa jam kemudian. Namun demikian, untuk penggunaan yang terus menerus, perasaan tersebut akan hilang. Manfaat jangka panjang jauh lebih berarti dibandingkan ketidaknyamanan sesaat.

Cara Pemakaian sumbat telinga jenis Foam

  • Dipilin
  • Masukkan
  • Tahan 30 detik
  • Lepaskan

Topik-topik yang diperlukan di dalam pelatihan Perlindungan Pendengaran.

  • Efek kebisingan terhadap pendengaran.
  • Tujuan dan pentingnya menggunakan alat pelindung pendengaran.
  • Kelebihan dan kekurangan alat pelindung pendengaran.
  • Berbagai jenis alat pelindung pendengaran dan cara merawat dan menggunakannya.
  • Standar perusahaan yang berlaku dan harus ditaati.
  • Upaya pengendalian terhadap pajanan kebisingan.
  • Tujuan dan manfaat tes audiometri.

Referensi

Hearing Protector Selection Guide. Document Number: 305. www.labsafety.com

A Fact Sheet about Your Hearing Test. NIOSH. www.cdc.gov/niosh

Methods for Estimating the Adequacy of Hearing Protector Attenuation. OSHA 1910.95 App. B.

www.osha.gov.

Artikel Industrial Hygiene

Defining an Industrial Hygienist

Industrial hygiene is a term designed to evoke a simple view of what the practice means. However, it comes from a time when the words had a different interpretation to them. Industrial seems clear enough – practicing in a work or factory setting, but even that gets blurred these days when defining a problem in an office setting. Hygiene comes from the area of practice relating to cleanliness, sanitation, or health. Therefore, as initially determined, an Industrial Hygienist (IH) is a professional who is dedicated to the health and well-being of the worker. Typically, this would have an IH evaluating the health effects of chemicals or noise in a work place. This has been expanded a bit by the changing of our society from an industrial/agricultural base to more of a service economy to address issues of productivity (we must include the buzz-words of today such as a “value added” effect). It also now relates to an expansion of workplace to areas of the community outside the traditional place of employment.

The IH professional traditionally has gained knowledge by some combination of education, training, and experience. Ideally, this knowledge is used to anticipate when a hazardous condition could occur to cause an adverse health effect on a worker or the environment. Failing that, the IH must be able to recognize conditions that could lead to adverse health effects to workers or a community population. Still, there would be no real meaning to defining hazards if an evaluation of the probability and severity of a recognized adverse effect and some realistic control means would not be forthcoming to remove or reduce the impact of the situation.

Traditionally, since the term “industrial hygienist” has not been restricted by law, anyone who feels they have some capability to act in the realm of advising on the health and well-being of workers could label themselves as an Industrial Hygienist. They may be newly installed in an organizational position calling for such knowledge, therefore, by default, they become an Industrial Hygienist. One can always push to gain the necessary knowledge to function effectively, but there is still some doubt as to how to demonstrate that “competence” to the outside world. In the mid-1950’s, a group of Industrial Hygienists from a national organization recommended that a voluntary certification program be established for industrial hygiene practitioners. In 1960, an independent corporation was established from the two national membership organizations, AIHA and ACGIH, to establish a national examination process to certify a minimum level of knowledge in industrial hygiene.

Because the program was voluntary, it did not restrict the practice of individuals calling themselves industrial hygienists. Indeed, today there are many competent persons practicing the profession of industrial hygiene who have not even sought certification. However, the program has, since its establishment, shown itself to be a hallmark of achievement that provides an indicator of success in the field. It measures to a defined standard the knowledge of a practicing Industrial Hygienists in sixteen rubrics, or technical areas, of practice.

Areas of Practice

The technical knowledge of industrial hygiene practice has been divided into sixteen areas: basic science; biohazards; biostatistics and epidemiology; engineering controls; non-engineering controls; ergonomics; ethics and management; analytical chemistry; sampling, monitoring and instrumentation; noise and vibration; ionizing radiation; nonionizing radiation; regulations, standards, and guidelines; thermal and pressure stressors; toxicology; and general IH topics including community exposures, hazardous wastes, risk communication, indoor environmental quality, and others (unit operations, process safety, and confined spaces).

Still, there are means of applying this knowledge that differ in many situations. Application is seen in the recognition of a hazard, the evaluation of the stressors, in the actual control of the situation, and in industrial hygiene management. These “domains” of practice differ as one advances through ones career. Recent efforts to create reasonable standards of practice have led to the development of a code of ethics for the practice of industrial hygiene. While it does not in itself define competence, it certainly becomes recognizable when it is absent.

Defining Qualifications for an Industrial Hygienist

Because the practice of industrial hygiene encompasses such a wide variety of knowledge areas, it was felt that, initially, there would need to be separate evaluations made of persons who restricted their practice to narrow areas. Aspect examinations were created to certify a minimum standard of knowledge short of a comprehensive test of all areas. These aspect examinations have been dropped, except for that of analytical chemistry, in favor of a comprehensive evaluation of an applicant’s knowledge. However, recently, a sub-specialty examination has been offered to provide a test of specific knowledge in the area of Indoor Environmental Quality (IEQ). It allows an already certified individual to demonstrate added depth of their knowledge in IEQ.

Because the tests evaluated technical knowledge and not actual practice, it was felt that some minimum time in actual performance of industrial hygiene duties would be essential for entry into the process. Therefore, a period of five (5) years experience is necessary before a person may take the examination. An intermediate level examination (a CORE examination) was developed to recognize persons who were undertaking this voluntary certification, but who did not yet have the five years experience, and to ensure that those testing in the former “aspects” maintained a core knowledge in all areas of practice. Also, an allowance was made for graduate education, recognizing the contribution that education has toward developing a mature practitioner. The contribution of education has been further recognized in that currently an appropriate Bachelor’s Degree is required to qualify to take the examinations, and the ABIH is considering a requirement that a Master’s Degree be a prerequisite for sitting for the examinations in the future.

However, rote knowledge is not the sole quality that identifies a competent Industrial Hygienist. There is an “art” to applying the technical principles in a manner that provides a reasonable solution for a workplace health issue. This is the real value behind the experience requirement for certification. A relationship with a practicing “Certified Industrial Hygienist” (CIH) is the key to learning the nuances in applying knowledge to work out the best solution. A “mentor” to show a new IH how to apply the book knowledge in the real world is valuable. Also, experience in as wide a practice as possible is imperative when you must demonstrate your knowledge in these sixteen rubrics. This has become extremely difficult for “specialists” or those who practice in narrow areas. Limiting your experience to indoor environmental quality, or lead abatement, or confined spaces control can be a disadvantage when trying to demonstrate competency in other areas only known through a textbook or an “examination review course.”

However, you can never discount individual drive. After all, that is what motivates an individual to participate in a “voluntary” certification process. Because the field has been seen as lucrative to some, there has been a push by some governmental entities and private businesses to require “certified” professionals to ensure the minimum knowledge and experience is available on their projects. This tends to drive provider organizations to propel individuals into the certification process, whether they want to go or not. But, individual motivation is the key to successful completion and garnering of the title “Certified Industrial Hygienist.” The process has, through the demonstrated success of its diplomates, attained a “brand” recognition that gives a CIH a foot in the door that might otherwise be standing in line with the others in the crowd. It has even spawned imitators, but time will tell whether its reputation holds up under this intrusion. Several states have recognized the trademark and capabilities of those displaying the “CIH” and have enacted legislation to protect the title of “Certified Industrial Hygienist”.

Certification Process

How do you go about becoming certified? First, there is the obvious need for technical knowledge. Everyone has their own method to gather this, but data have not been gathered to support the effectiveness of any one system. “Review Courses” seem to be plentiful, and computer systems to prepare the aspiring applicant appear on many journal and trade magazine pages. Conventional wisdom tends to support knowledge gained through experience and the watchful guidance of a competent mentor. Many individuals take the examination to find out where they are weak with the intention of taking it again until they manage to pass. It is left to the individual to decide what is best for them.

The professional reference questionnaire (PRQ) is important as well. The Board’s requirement for experience is based on activity on a professional or journeyman level. This causes a sticking point for many who find they are in a position that has them named as Industrial Hygienist, or Project Manager, when their scope of practice relies on strict adherence to a regulatory interpretation or exercise of very little independent judgement. Others, with titles of IH Technician or Specialist may be acting totally independently and practicing with a scope of extreme variability and many unknowns. This should be portrayed in the PRQ to be fair to the applicant. Details are important to the Board in making their evaluation of an applicant.

The ABIH also has a process it follows to review each application and prepare each examination. Examinations are prepared in minute detail. Each question is evaluated by a group of practicing CIHs to ensure it is correct and relevant to the practice of IH. Each item is rated on difficulty for its target audience – CORE or Comprehensive, and this is used to set the passing score for each test. Each question is also rated by professional testers to ensure its validity as a question for an examination. Questions are selected for use on an examination based on the latest survey of the practice of industrial hygiene, in both rubric areas and domains of practice to achieve a balance indicative of the current practice and some historical knowledge. And after each presentation of the examination, questions are again reviewed for validity.

The examination itself is the subject of an effort to ensure that it adheres to the standardized evaluation method. The passing score has remained within a narrow range, but the percentage of those passing have gone from 62.7 of all those sitting for the Comprehensive examination in 1979 to 46.4 percent in 1997 (with a similar drop in the CORE rates). Reasons for this drop are not easily documented, but there are many offered. Specialization of practice, lack of mentoring, taking the exam before being truly ready – these have all been proposed.

Certification Maintenance

And just because you manage to achieve your goal and demonstrate that you have met the established standard for certification doesn’t mean that you can rest on your laurels. In 1979, the Board required that all diplomates demonstrate that they have been active in the field and have continued to improve their knowledge. Seven categories of practice are noted for the accumulation of “points” toward the forty required every five years. Some portion of these points are gathered for active practice, technical committee work, publications, education and meetings, teaching, retest, or other work. This requires that some program of continuing education be pursued to increase your knowledge of industrial hygiene.

Value of Certification

Is it worth it? For some the rewards are immediate and financial. For others, it is the satisfaction of knowing you have pursued a goal and made it. There is no hard and fast rule. The fact is indisputable that the earning of the designation as a “Certified Industrial Hygienist” is recognized as a mark of professionalism.

For Further Information…

For more information, view the home page on the World Wide Web at http://www.ABIH.org/ or contact the American Board of Industrial Hygiene at: 6015 West St. Joseph, Suite 102, Lansing, MI 48917 3980 or by phone at (517) 321 2638.