Keselamatan Pertambangan terdiri dari:
- Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja (K3)
- Keselamatan Operasi (KO)
Eka Sumarna – Safety Practitioner
Praktisi Keselamatan Pertambangan (NQF-6 K3 Tambang); OHS Professional; Instruktur Madya; Ak3U; HIMA;
Keselamatan Pertambangan terdiri dari:
Dasar Hukum
Manajemen Keadaan Darurat
Manajemen keadaan darurat terdiri dari dari:
Identifikasi dan penilaian potensi keadaan darurat
Perusahaan melakukan identifikasi dan penilaian risiko potensi keadaan darurat di atas, misalnya menggunakan metode HIRADC/IBPR (Hazard Identification Risk Asessment and Determining Control/Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko) dan formulir dan matriks HIRADC.
Tahapan ini untuk menentukan prioritas tingkat penting dan mendesaknya dibentuknya Tim ERT dan kompetensi personel, serta perlengkapan emergency apa saja yang diperlukan.
ANALISIS RISIKO DAN BAHAYA FASILITAS
PENENTUAN KATEGORI KEADAAN DARURAT
KLASIFIKASI KEADAAN DARURAT
Kategori 1 :
Kategori 2:
Kategori 3:
FASILITAS KEADAAN DARURAT
STRUKTUR ORGANISASI
1) Emergency Respons Team (ERT):
2) On Scene Commander/Emergency Communication Command Centre (OSC)
3) Emergency Management Team (EMT)
4) Crisis Management Team (CMT)
KONSEP OPERASI KEADAAN DARURAT
PENCEGAHAN (PREVENTION)
Seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya Insiden. Contohnya: Standar prosedur Umum Pencegahan,
Kebijakan Pencegahan Kebakaran, Menyediakan fasilitas Inspeksi K3 dan Audit,
Fasilitas Komite K3
KESIAPSIAGAAN (PREPAREDNESS)
Seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menjamin ketersediaan sumber daya dan
kemampuan untuk merespon dengan cepat jika terjadi insiden. Contoh: Pelatihan,
Drills & Exercise (Latihan), Fasilitas, Pasokan dan Peralatan, Fasilitas Keamanan,
Kebijakan Hubungan Media
TINDAKAN (RESPONSE)
Seluruh kegiatan yang dilakukan ketika terjadi insiden untuk mencegah bahaya yang lebih parah dan meminimalkan kerusakan pada peralatan, yaitu Pemberitahuan, Pengarahan dan Pengaturan, Personil yang terlibat, Jalur Komunikasi, Tugas dan Tanggung Jawab, dan Prosedur Evakuasi
PEMULIHAN (RECOVERY)
Seluruh kegiatan untuk mengembalikan sistem pada keadaan yang normal:
RENCANA TINDAKAN DARURAT (EMERGENCY RESPONSE PLAN)
Isi mencakup:
Profil
Pendidikan dan Sertifikat
S-1, Sosek Komunikasi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (IPB), 1984-1989
S2, Magister Promosi Kesehatan Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Diponegoro, 2000-2014.
Sertifikasi: POM, HIMa, OH&S Internal Auditor (NOSA, OHSAS 18001), Instruktur Madya, Ahli K3 Tambang NQF6, NOSA S&H Trainer, RPL (Recognized Prior Learning) Assessor.
Contact
E-mail: eka_sumarna@yahoo.com
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan elemen dasar di dalam program pengendalian bahaya di tempat kerja dan untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan, pengetahuan tentang praktek kerja aman, dan tindakan lainnnya dalam rangka meningkatkan K3 di tempat kerja.
Sebagai sasaran pelatihan, pengenalan bahaya, belajar praktek-praktek kerja aman dan cara-cara preventif lainnya diharapkan dapat berkontribusi terhadap tujuan mengurangi resiko cedera dan sakit akibat kerja.
Bagi mereka yang terlibat di bidang K3 sebagai praktisi K3 atau mereka yang baru saja menerima penugasan sebagai praktisi K3, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anda adalah sangat dibutuhkan. Untuk membantu anda dalam hal ini, kami menyediakan pelatihan dan konsultasi, mulai dari pelatihan K3 dasar, modul spesifik sampai konsultasi mengembangkan sistem manejemn K3 yang khas (tailor-made) untuk perusahaan anda.
Terima kasih.
Eka Sumarna at Eka_Sumarna@yahoo.com
Pelatihan
Konsultasi
KOMUNIKASI K3 YANG EFEKTIF
Komunikasi menjadikan orang, tugas, proses dan sistem saling berinteraksi bersama-sama untuk mencapai sasaran K3 yang ditetapkan. Cara kita mengkomunikasikan K3 akan mempengaruhi apakah orang akan memahami dan dan terlibat dalam proses K3 atau tidak, dan bahasa yang kita gunakan seringkali menentukan apakah proses tersebut diterima atau ditolak. Sekedar memberi pelatihan kepada karyawan untuk bekerja selamat mungkin belum cukup. Perlu motivasi dan bentuk bentuk publikasi untuk mendorong mereka untuk mengambil tanggung jawab bagi keselamatan dan kesehatan dirinya sendiri. Metode yang digunakan adalah menciptakan suasana yang mempromosikan perilaku selamat, dan mengingatkan serta menekankan pentingnya hal tersebut bagi karyawan dan perusahaan.
Proses komunikasi adalah seperti berlalu lintas di jalan raya. Anda perlu merencanakan mau kemana, memperhatikan rambu-rambu, dan mengambil jalan lain apabila diperlukan, berperilaku sesuai kondisi dan memperlambat jalannya jika diperlukan. Pengertian komunikasi tidak sekedar menurut apa yang dipikirkan si pengirim pesan – tergantung pula dari respon si penerima. Perlu waktu dan usaha memang untuk memiliki teknik yang sempurna dalam menyampaikan pesan K3 secara efektif.
Bahasa dan kata-kata
Pemilihan bahasa dan kata-kata amat sangat berpengaruh terhadap hasil komunikasi K3. Pemilihan kata-kata ‘positif’ dapat memberikan tanggapan yang berbeda, contohnya:
Ungkapan Negatif | Ungkapan Positif |
Masalahnya apa?
Anda seharusnya …. Anda tidak paham Saya sudah bilang sebelumnya untuk tidak … Ini berbiaya mahal |
Bagaimana saya dapat menolong anda?
Mulai sekarang … atau lain kali Mari saya coba sekali lagi Bagaimana kalau mencoba dengan cara ini Ini adalah investasi untuk kesehatan |
Umpan balik dapat positif atau negatif, dan dapat mempengaruhi kualitas dan frekuensi perilaku. Umpan balik yang efektif adalah alat berharga untuk mempengaruhi perilaku selamat di tempat kerja. Bahasa yang mempunyai arti mendua atau subyektif dapat menjadi kontra-produktif. Contohnya, pernyataan ”tampaknya ada tidak menyadari, ceroboh atau sembrono” hanya menambah kebencian atau dendam dan mengurangi penerimaan dari pesan perilaku yang disampaikan. Mengatakan bahwa insiden atau cedera adalah ”kesialan” menunjukkan bahwa insiden tidak dapat dicegah. Hal ini bertolak belakang dengan filosofi bahwa insiden dapat dicegah.
Komplain dan kritik
Kita mungkin dihadapkan pada resistensi perubahan dalam hal praktek pekerjaan atau mengadopsi prosedur baru. Ungkapan-ungkapan di bawah ini mengindikasikan hak tersebut:
Saya sudah melakukan ini sejak tahun kuda dan semuanya baik-baik saja
Tidak akan menimpa saya Kami telah melakukan sebelumnya Kecelakaan memang harus terjadi Tidak akan berhasil Ada yang lebih penting untuk dilakukan Mereka tidak mengijinkan Saya terlalu sibuk untuk melakukan itu Kamu tidak faham Di luar bujet saya Safety hanya iseng saja |
Tidak ada seorangpun senang akan kritik negatif dan beberapa orang lebih sensitif dibandingkan yang lainnya. Sewaktu membicarakan kesalahan atau praktek kerja yang tidak selamat, orang akan dengan gampang membuat alasan, untuk itu komunikasikanlah topik dengan menunjukkan kesalahan dan menyarankan cara-cara untuk mencegah kesalahan serupa di masa datang.
Tips dasar komunikasi
Sumber: Health Safety Executive
Paparan berlebih terhadap bahan kimia tertentu dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Waktu adalah hal penting dalam masalah ini: berapa lama efek akan muncul dan kapan ia berakhir.
Efek Akut biasanya terjadi segera setelah terpapar. Efek tersebut biasanya tidak berlangsung lama, dan mungkin menghilang sewaktu tidak ada paparan lagi. Beberapa efek akut, seperti sakit kepala atau memar pada kulit, cenderung tidak memiliki dampak besar, tetapi untuk suatu bahan kimia yang memiliki dosis lethal, efeknya dapat mematikan seketika.
Efek Kronis biasanya dihasilkan dari paparan dalam waktu lama. Perlu waktu lama, kadang bahkan tahunan, pengaruh paparan baru muncul. Namun, jika masalahnya telah muncul, maka dapat berlangsung lama. Efek kronis umumnya bersifat serius. Kanker dan masalah reproduksi adalah contoh efek kronis. Gangguan kesehatan lainnya yang termasuk kategori ini adalah anemia, bronkitis kronis, dan kerusakan pada hati.
Bahaya kesehatan kimia juga dibagi berdasarkan rute paparannya. Bahan kimia dapat masuk ke tubuh dan menyebakan masalah kesehatan melalui :
• Kontak dengan Kulit
• Kontak pada mata
• Terhirup
• Termakan
Beberapa bahan kimia memiliki efek berbahaya melalu rute paparan manapun. Yang lainnya, mungkin terbesar pengaruhnya melalui salah satu rute. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui rute mana yang diperhatikan dan perlindungan terhadap paparan.
Waspada selalu terhadap bahaya kesehatan dan ambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindarinya.
Di bawah ini panduan umum yang perlu diperhatikan
Hal penting pula untuk bertindak cepat dan tepat jika anda dan rekan kerja anda terpapar bahan kimia berbahaya. Setiap detik dapat menentukan.
Oleh karena anda tidak dapat memastikan bagaimana seriusnya paparan yang terjadi, maka mintalah pertolongan medis. Kemudian periksa MSDS untuk langkah P3K. Prosedur P3K tidak sama untuk setiap bahan, namun secara umum langkahnya adalah sebagai berikut:
International Loss Control Institute (ILCI) telah mengidentifikasi 20 elemen program yang dipertimbangkan termasuk esensial untuk suksesnya upaya pengendalian kerugian (loss). Elemen program tersebut adalah:
Ahli lain [1] meringkas menjadi 8 buah program, yaitu sebagai berikut:
Elemen Administratif (Administratif Elements)
Elemen Aksi (Action Elements)
Kedelapan elemen tersebut akan diuraikan secara ringkas, sebagai berikut:
II.1 Manual K3 (Prosedur dan Acuan)
Sebuah manual K3 merupakan dasar dari efektifitas system manajemen K3. Tanpa prosedur dan acuan dasar, upaya pengendalian kerugian akan tidak terkoordinasi dan berjalan serampangan. Segala masalah yang timbul akan ditangani bilamana muncul, daripada penanganan yang berorientasi secara sistematik.
Terdapat banyak macam cara yang berbeda bagaimana menyusun sebuah manual, tergantung kebutuhan. Kriteria yang penting dari sebuah manual adalah:
II.2. KOMITE DAN KOORDINATOR K3
Komite K3
Jumlah komite K3 tergantung dari organisasi dan manajemen strukturnya. “Top-Down” otokratis organisasi akan memiliki sedikit komite. Sedangkan lainnya mungkin partisipatif dan konsensus dengan memiliki variasi tanggung jawab.
Apa manfaat dari komite K3? Tujuan umum dari program K3 yang sistematis adalah mencegah kecelakaan. Untuk mencapai tujuan ini, sistem harus terarah pada target mencari dan mengendalikan bahaya. Manfaat penting dari komite dalam menemukan dan mengendalikan bahaya adalah:
Pengalaman dan keahlian dapat terpadu. Keterpaduan ini bersama-sama dalam suatu urun rembug masalah akan menghasilkan pengembangan yang inovatif dan pemecahan masalah yang praktis.
Secara garis besar komite dikategorikan sebagai berikut:
Koordinator K3
Program koordinator K3 didisain untuk menyediakan dukungan dan bantuan kepada manajemen departemen. Posisi ini biasanya tugas paruh-waktu. Tugas seorang koordinator K3 adalah membantu manajer departemen untuk urusan administratif beberapa program, termasuk menentukan titik-titik lemah dari program dan membuat rekomendasi untuk penyempurnaannya.
Petugas professional K3 harus bertemu secara rutin dengan semua koordinator untuk memberikan arahan dan pelatihan yang diperlukan. Koordinator K3 tidak mengambil alih fungsi pengawas lini depan dalam hal K3. Fungsi utama dari koordinator K3 ini adalah membantu manajer unit dalam hal administrasi program K3.
Beberapa contoh tugas dan tanggung jawab koordinator K3:
II.3 Pelatihan K3
Elemen pelatihan pada sistem ini biasanya diberikan oleh karyawan yang telah mendapatkan spesialis pelatihan sebagai instruktur. Banyak pelatihan yang wajib diikuti oleh karyawan berdasarkan peraturan dan perundangan. Berikut pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja:
Minat dan Motivasi
Setelah pelatihan dilaksanakan, agar program pencegahan kerugian dapat sukses maka program harus memasukan program tambahan untuk meningkatkan minat dan motivasi dari pekerja, seperti misalnya:
II.4 Inspeksi K3
Inspeksi K3 dilaksanakan oleh karyawan yang memiliki pengalaman dan tingkat kompetensi yang cukup untuk mengenali bahaya di tempat kerja dan memberikan solusi yang cukup untuk tindakan perbaikan atau kontrol. Frekuensi dan ruang lingkup inspeksi tergantung dari jenis dan tingkat bahaya yang mungkin timbul dan kompleksitas dari operasi.
Inspeksi yang efektif harus mencakup tiga elemen penting: penugasan tanggung jawab, inspeksi yang menekankan pada inspeksi masalah internal, dan tindak lanjut tindakan perbaikan.
II.5 Pengendalian Bahaya
Bahaya potensial di tempat kerja harus dikenali dan dikendalikan dengan menetapkan prosedur dan menggunakan cara sebagai berikut:
Bahaya di tempat kerja yang teridentifikasi harus dievaluasi potensial efeknya untuk menentukan prioritas pengendaliannya. Dalam penentuan prioritas digunakan sistem rating dari resiko.
II.6 Analisis Bahaya Pekerjaan
Analisis bahaya pekerjaan sudah menjadi bagian dari program pencegahan kecelakaan. Analisis Bahaya Pekerjaan ini membantu pemahaman tentang bahaya yang mungkin ada di dalam suatu pekerjaan dan bagaimana mencegah agar tidak menyebabkan cedera dengan cara mengikuti langkah-langkah pencegahannya yang direkomendasikan.
Analisis ini terdiri dari pengamatan langkah-langkah pekerjaan, apa bahayanya, dan bagaimana tindakan kontrolnya. Apa bahayanya menyangkut apa-apa saja tindakan yang mungkin dilakukan secara tidak benar oleh pekerja sehingga menyebabkan kecelakaan. Sedangkan bagaimana tindakan kontrolnya berkenaan dengan apa-apa saja yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut untuk mengendalikan bahaya.
II.7 Pertemuan K3
Pertemuan K3 berfungsi untuk mendorong keterlibatan pekerja dalam penyusunan program dan penentuan kebijakan yang berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan kerja mereka. Pada pertemuan K3 kita mendapatkan komitmen dari pekerja bagaimana mencapai tujuan program secara selamat.
Pertemuan K3 akan efektif bilamana topik yang dibicarakan menekankan pada pengendalian/kontrol praktek-praktek tidak aman yang beresiko tinggi, yang menyebabkan terjadinya cedera serius maupun kerusakan harta benda yang besar.
II.8 Penyelidikan Kecelakaan
Penyelidikan kecelakaan adalah proses penentuan oleh seorang atau lebih banyak orang yang memenuhi kualifikasi terhadap fakta dan latar belakang informasi yang siginifikan berkaitan terjadinya suatu kecelakaan, berdasarkan pernyataan yang diambil dari orang-orang yang terlibat, saksi-saki, pengamatan lapangan, pengamatan terhadap kendaraan dan permesinan atau peralatan.
Program penyelidikan kecelakaan di dukung oleh prosedur tertulis mengenai Penyelidikan dan Pelaporan Kecelakaan. Di dalam prosedur tersebut secara minimum mencakup elemen-elemen berikut:
Tujuan dan definisi
Kelelahan dapat menimbulkan bahaya yang serius. Beberapa kejadian yang disebabkan kelelahan diantaranya:
Definisi “Kelelahan”
Tidak ada definisi operasional yang baku menggambarkan apa itu “kelelahan”, namun yang pasti kelelahan lebih dari sekedar mengantuk dan penyebabnya lebih dari sekedar lama kerja dan sifat fisik pekerjaan. Secara umum kelelahan dapat dipahami dengan membedakan sumbernya, dimensi-dimensinya, dan dampaknya terhadap kinerja. Untuk keperluan analisis, kelelahan dibedakan antara kelelahan akibart pekerjaan dan kelelahan bukan akibat pekerjaan, walaupun keduanya saling terkait.
Kelelahan bukan akibat pekerjaan, biasanya dialami mereka yang bekerja dengan sistem rotasi (shift), dapat diartikan sebagai kelelahan yang timbul karena situasi rumah dan keluarga, diluar kegiatan pekerjaan, merupakan pola hidup (termasuk penggunaan obat-obatan dan alkohol), pola dan masalah tidur seseorang, masalah keluarga, dan buruknya pengaturan kegiatan untuk menghadapi rotasi kerja.
Kelelahan akibat pekerjaan dapat dianggap sebagai produk dari organisasi pekerjaan dan faktor fisik seseorang, yaitu:
Dampak kelelahan terhadap kinerja
Dampak kelelahan terhadap kinerja merupakan suatu hasil dari kombinasi antara pekerjaan, faktor non pekerjaan, rotasi kerja, sifat pekerjaan, lamanya pekerjaan, dan siklus rotasi. Secara umum, efek kelelahan dapat ditunjukkan seperti halnya efek karena pengaruh alcohol. Dampak tersebut seperti:
Kombinasi satu atau lebih gejala-gejala di atas dapat menyebabkan meningkatnya insiden dan tingkat keparahan kecelakaan. Perlu lebih diwaspadai bagi mereka yang bekerja dengan sistem rotasi.
ASPEK KERJA ROTASI | FAKTOR PENILAIAN |
Sifat Pekerjaan | Apakah pekerjaan sukar secara fisik?Apakah memerlukan mental pada derajat yang tinggi?Apakah pekerjaan monoton?
Apakah pekerjaan berulang? Bagaimana sifat tugas yang harus dilakukan? Bagaimana sistem kerja-istirahat yang diterapkan? Waktu istirahat yang diberikan cukup memadai? Apakah pekerja terpajan oleh panas, suara bising atau kontaminan udara? Apakah manajemen sudah melakukan penilaian terhadap kesesuaian pekerjaan dan tugas-tugas kepada pekerja rotasi, apa saja pembatasan-pembatasan yang meungkin harus dilakukan?
|
Orang | Berapa umur pekerja?Bagaimana status kesehatannya?Apakah pekerja mempunyai pengalaman dengan bekerja rotasi?
Bagaimana kemampuan adaptasi pekerja tersebut? Apakah pekerje telah diberitahu mengenai bahaya bekerja pada sistem rotasi? Apakah pekerja sudah terlatih bagaimana meminimalkan dampak bekerja rotasi? Dapatkah pekerja tidur dengan baik selama hari istirahat-nya?
|
Sifat dan sistem kerja rotasi | Apakah rotasi kerja malam dapat dikurangi seminimum mungkin?Kapan awal kerja rotasi?Berapa lama periode kerja rotas?
Bagaimana pola rotasi dilakukan? Seberapa sering pertukaran rotasi dilakukan (lamanya hari berurutan dalam satu rotasi)? Berapa lama waktu istirahat diantara waktu rotasi? Apakah waktu off sudah cukup? Dapatkah “double shift” dihindari?
|
Lain-lain | Asupan makanan pekerja rotasi?Aksesibilitas terhadap fasilitas di tempat kerja, seperti halnya pekerja “day-shift” (personil, first-aid, dll.)?Waktu istirahat yang cukup?
Pengawasan yang cukup? Apakah kerja lembur dapat dihindari? Sistem bonus untuk pekerja rotasi, dan bagaimana implementasinya?
|
Sumber: http://www.ilo.org/public/english/dialogue/sector/papers/austrmin/index.htm
1. Mengapa K3 (Safety) itu penting? Beberapa faktor menjadi pertimbangan, seperti berikut:
SAFETY
Adalah suatu keadaan yang secara relatif bebas dari hal yang membahayakan (harm), bahaya (danger), cedera atau kerusakan
BAHAYA
Suatu kondisi, keadaan atau objek yang berpotensimenyebabkan kerugian, berupa cedera, sakit, atau kersakan harta benda.
RESIKO
Suatu peluang dari suatu kondisi atau keadaan tersebut menyebabkan cedera, sakit atau kerusakan harta benda.
RISK = FREQUENCY x CONSEQUENCE
Keselamatan di rumah dan masyarakat
Mencegah Kebakaran sewaktu memasak
Mencegah Kebakaran karena Merokok
Untuk kesehatan bersama
DILARANG MEROKOK DI TEMPAT UMUM, DEKAT ANAK-ANAK DAN WANITA HAMIL.
Mencegah Kebakaran karena Lilin
Mencegah Kebakaran Disebabkan Bensin atau Produk Lainnya
Keselamatan Menggunakan Tangga
Jatuh dapat menyebabkan kematian. Gunakan tangga untuk memanjat atau mengerjakan sesuatu di tempat yang tinggi, seperti mengecat, menggantungkan dekorasi, dll.
Pelajari cara menggunakan tangga dengan benar dan selamat. Selalu gunakan tangga yang kokoh. Hindari penggunaan kursi untuk memanjat, karena beresiko. Perhatikan permukaan lantai sebagi pijakan tangga.
Ingat aturan 4:1 untuk sewaktu menggunakan tangga. Untuk setiap 4 ukuran tinggi tempat, dari lantai ke bagian kontak paling atas, maka jarak dasar kaki adalah satu bagiannya. Tinggi 4 meter, berarti bagian dasar kaki berjarak 1 meter dari dinding.
Jaga keseimbangan tubuh sewaktu mendaki. Berdiri di injakan yang paling aman untuk berdiri. Biasanya di injakan ke empat dari injakan paling atas.
Lain-lain
Biasakan membaca label produk. Perhatikan kata-kata seperti “Caution”, “Warning”, “Poison” atau “Danger”.
Ikuti petunjuk pemakaian.
Ketahui produk-produk yang mengandung bahan berbahaya dan beracun di rumah anda. Letakkan produk ini jauh dari jangkauan anak-anak atau ercampur dengan makanan.
Segera bersihkan jika terjadi tumpahan.
Ketahui produk-produk yang mengandung bahan berbahaya dan beracun di rumah anda. Letakkan produk ini jauh dari jangkauan anak-anak atau ercampur dengan makanan.
Segera bersihkan jika terjadi tumpahan.
Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau mengancam kesehatan kita.
Beberapa faktor, kebisingan mempengaruhi kesehatan:
Kebisingan dapat menyebabkan stress yang mempengaruhi fisik dan mental, dan menyebabkan kecelakaan jika pekerja tidak mendengarkan petunjuk atau sinyal peringatan.
Jenis Kebisingan
Kehilangan Pendengaran
Di lapangan kita dapat mengetahui kurang lebihnya, tanpa alat sound level meter, bahwa kebisingan di suatu lokasi telah melebihi ambang batas. Jika anda harus berteriak dalam berbicara agar terdengar oleh lawan bicara anda yang berdiri kurang lebih 1 meter, kemungkinan tingkat kebisingan di sana telah melebihi 85 desibel. Jarak dari sumber bising juga penting, dimana tingkat suara akan menurun berbanding lurus dengan jarak. Sebagai contoh, seseorang berdiri 3 meter dari mesin pemotong kayu (chain saw) akan mendengar kurang lebih 103 desibel, dibandingkan pada jarak hanya 1 meter yang tingkat suaranya 115 desibel.
Kuncinya adalah menjauhkan peralatan yang bising sejauh mungkin dari pekerja. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka pekerja harus menggunakan alat pelindung pendengaran agar suara yang diterima pada kisaran yang diinginkan (di bawah atau sama dengan 85 desibel).
Hilangnya pendengaran dapat terjadi karena proses alamiah karena umur. Secara umum, hal ini tidak bertambah parah kecuali orang terpajan secara terus menerus oleh kebisingan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari suara bising yang berlebihan untuk menghindari tambahan hilangnya pendengaran hingga menjadi tuli permanen. Kontrol yang paling baik adalah menghilangkan atau mengurangi kebisingan pada sumbernya.
Lingkungan kerja yang bising selain dapat menyebabkan tuli permanen, juga memiliki dampak pada orang berupa meningkatkan rasa cemas, ketegangan (tension), dan kelelahan (fatigue). Banyak pekerja yang menggunakan alat pelindung pendengaran menyatakan mereka merasa lebih baik pada akhir gilir kerja.
Kerusakan fungsi pendengaran berlangsung perlahan dan tidak disadari oleh penderitanya. Orang yang menderita lehilangan pendengaran mungkin berfikir orang lain yang bicaranya seolah menggumam dan seharusnya berbicara lebih keras dengan ucapan yang lebih baik, padahal ia sendiri yang perlu diperiksa pendengarannya oleh seorang audiologist.
Kapan Perlindungan Pendengaran Diperlukan?
Di pertambangan umum, mengacu kepada Keputusan Menteri Pertambangan KepMen 555.K tahun 1995, pada Pasal 85 ayat (3) disebutkan bahwa pekerja yang tak terlindung terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas harus memakai alat pelindung pendengaran. Kita menggunakan 85 desibel sebagai Nilai Ambang Batas (NAB), mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI#16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.
Alat pelindung pendengaran merupakan penghalang antara suara dan telinga atau fungsinya menyerap gelombang suara sebelum memasuki telinga. Orang dengan fungsi pendengaran normal selalu tetap bisa mendeteksi beberapa suara sewaktu menggunakan alat pelindung pendengaran, karena tulang pada kepala juga menghantar suara.
Pertimbangan menggunakan alat pelindung pendengaran adalah sebagai berikut:
Pemilihan yang benar Alat Pelindung Pendengaran
Alat pelindung pendengaran yang tersedia di pasaran memiliki tingkat perlindungan yang berbeda, oleh karena itu biasanya suatu perusahaan menyediakan beberapa jenis produk untuk karyawannya. Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sewaktu melakukkan pemilihan alat pelindung pendengaran.
Keefektifan. Tidak semua bahan dapat menyerap jumlah yang sama jenis suara. Pabrik harus mencantumkan pada kemasan berapa banyak suara atau bising (dalam desibel) yang dapat dikurangi jika pekerja menggunakan produknya tersebut. Angka, dalam desibel, yang tertera dalam kemasan tersebut disebut NRR (Noise Reduction Rating) atau SLC80 (Sound Level Criteria 80%), yaitu angka maksimum desibel pengurangan kebisingan sewaktu digunakan. Perlu diingat bahwa angka tersebut diperoleh pada kondisi sempurna, digunakan secara benar dan pas. Namun demikian dalam prakteknya, ada formula yang harus diikuti untuk mengetahui berapa besar suara yang dapat dikurangi, seperti berikut ini:
Di area yang memiliki tingkat kebisingan yang sangat tinggi, direkomendasikan menggunakan perlindungan ganda, yaitu menggunakan sumbat telinga (ear plugs) dan tutup telinga (ear muffs). Apakah earmuffs dan earplugs dapat digunakan bersama-sama untuk mengurangi kebisingan?
Ya. Merujuk ke OSHA (Occupational Safety and Health Administration) memperbolehkan menggunakan ear plugs dan ear muffs. Namun demikian jangan salah tafsir bahwa kemudian NRR-nya juga dijumlahkan. Dari hasil perhitungan, diperoleh angka pengurangan desibel dengan menambahkan 5 dB dari hasil perhitungan NRR di atas (dilihat mana alat yang memiliki NRR tertinggi). Misal NRR ear plugs 32 dB dan Earmuff 27 dB, maka angka pengurang dari perlindungan ganda adalah: 32dB[A] (earplugs) – 7dB (Safety Factor) = 25 dB 25 dB + 5 dB (proteksi ganda) = 30 dB Sehingga NRR proteksi ganda menjadi = 30 dB
Biaya. Alat pelindung pendengaran tidak harus mahal untuk memperoleh hasil yang efektif dan nyaman. Lakukan pengukuran kebisingan di lokasi kerja anda evaluasi jenis ear plugs atau ear muffs yang anda butuhkan.
Jenis. Ada dua jenis, sumbat telinga (ear plugs) atau tutup telinga (ear muffs). Perhatikan kondisi dan prosedur kerja yang berlaku di tempat kerja anda. Tutup telinga biasanya lebih nyaman dipakai untuk waktu yang lama dibandingkan sumbat telinga, tetapi tutup telinga tidak bisa digunakan bersama kacamata atau halangan lain pada muka yang akan mengurangi efektifitasnya. Frekuensi suara juga menentukan efektifitas dari ear plugs atau ear muffs. Ear plugs ada yang digunakan sekali pakai (disposable) atau didisain untuk pakai-ulang (reusable).
Dianjurkan untuk mempertimbangkan alat pelindung pendengaran tersedia untuk mengakomodir semua kebutuhan pekerja.
Keterbatasan dari Perlindungan
Seperti halnya alat pelindung diri lainnya, alat pelindung pendengaran memiliki keterbatasan-keterbatasan. Jika digunakan secara tidak benar, maka besar pengurangan kebisingan yang diharapkan tidak akan tercapai, dan cenderung menyebabkan persepsi salah dari orang yang menggunakan, karena sudah “menggunakan” sumbat telinga, merasa sudah terlindungi.
Menggunakan tutup telinga dan sumbat telinga bersamaan akan mengurangi suara yang diterima, namun jangan lupa menggunakan formula seperti disebutkan di atas.
Alat pelindung pendengaran yang kotor dapat menyebabkan iritasi kulit yang serius dan infeksi pada telinga. Untuk hasil terbaik, ikuti petunjuk pabrik pembuat untuk membersihkan alat pelindung pendengaran yang bisa dipakai kembali (non-disposable), dan simpan di tempat yang bersih dan kering.
Sebagai tambahan, ikuti saran-saran di bawah ini untuk menerapkan perlindungan pendengaran:
Cara Pemakaian sumbat telinga jenis Foam
Topik-topik yang diperlukan di dalam pelatihan Perlindungan Pendengaran.
Referensi
Hearing Protector Selection Guide. Document Number: 305. www.labsafety.com
A Fact Sheet about Your Hearing Test. NIOSH. www.cdc.gov/niosh
Methods for Estimating the Adequacy of Hearing Protector Attenuation. OSHA 1910.95 App. B.